Jumat, 18 Juni 2010

Bersama Buku-buku, Mencapai Indonesia Cerdas berpengatahuan luas.....

Jika ingin maju dan menguasai dunia, kuasailah informasi! Ungkapan tersebut mengandung makna, jika informasi memiliki suatu kekuatan yang sangat hebat sehingga mampu menundukkan dunia ini. Sebagai sebuah bangsa, kita tidak boleh ketinggalan informasi. Informasi amat dibutuhkan untuk menunjang kemajuan bangsa kita. Tanpa adanya informasi kita akan selalu tertinggal. Untuk itu kita mesti menguasai informasi.
Salah satu sumber informasi yang sangat berharga adalah buku. Buku adalah jendela dunia. Buku dapat memberi kita berbagai informasi dan pengetahuan. Tanpa buku, kita tidak akan mengenal berbagai informasi dan pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Karena banyaknya manfaat, buku menjadi barang yang sangat berharga. Begitu berharganya buku, sampai pada suatu riwayat Imam Al-Ghazali yang baru pulang menuntut ilmu dan membawa banyak buku bahkan rela memberikan seluruh hartanya dan mengorbankan nyawanya asalkan koleksi bukunya tidak diambil oleh para perampok.
Oleh karena banyaknya manfaat di dalam buku, kita mesti membiasakan banyak membaca buku. Dengan banyak membaca buku, maka kita turut membantu negara kita untuk maju. Buku dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita. Tidak membaca buku berarti kita tidak mendukung negara kita ini untuk maju dan kita akan selalu terbelakang.
Joseph Brosdsky, seorang penyair yang meraih hadiah nobel pun berkata ,”Ada beberapa kejahatan yang lebih buruk ketimbang membakar buku. Salah satunya adalah tidak membaca buku.” Begitu amat besarnya kerugian akibat tidak membaca buku sehingga Joseph pun bahkan menggolongkan orang yang tidak membaca buku sebagai penjahat.
Selain itu, wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah iqra’ yang artinya membaca. Mengapa sampai firman Allah yang pertama ini berisi perintah kepada Nabi Muhammad untuk membaca? Sebab dengan membaca, akan muncul sebuah kekuatan yang sangat luar biasa.
Namun saat ini budaya membaca buku itu telah hilang. Banyak hal yang menyebabkan budaya membaca buku itu telah hilang. Diantaranya mahalnya harga buku saat ini, kurangnya perpustakaan, serta tidak dibudayakannya membaca buku sejak kecil.
Saat ini kita dapat melihat sendiri, akibat mahalnya harga bahan baku kertas, maka harga pembuatan bukupun menjadi mahal. Masyarakat kita yang umumnya berekonomi menengah kebawah pada akhirnya tidak mampu membeli buku karena harganya yang mahal. Buku hanya menjadi milik orang kaya dan orang miskin tidak mampu membeli buku. Pada akhirnya, hanya sedikit dari bangsa kita yang membaca buku sehingga budaya membaca buku lambat laun menjadi hilang.
Untuk itu perlu dicari jalan keluar agar masyarakat masih dapat membaca buku. Salah satu solusi dari mahalnya harga buku itu adalah membangun perpustakaan. Pemerintah dalam hal ini diharapkan menyediakan sarana agar warga dapat memperoleh buku seperti dengan mendirikan banyak perpustakaan.
Namun ternyata pemerintah sendiri seolah tidak terlalu memperhatikan masalah perpustakaan. Perpustakaan banyak dibiarkan apa adanya dan tidak dikelola dengan baik. Bahkan tidak ada seorang pun yang berniat memajukan pustaka di negeri kita ini.
Saya menjadi teringat terhadap puisi Bapak Taufiq Ismail pernah beliau bacakan dalam suatu acara yang saya hadiri di Padang beberapa tahun lalu. Penggalan puisi itu adalah sebagai berikut:

Ketika aku berjalan melewati perpustakaan
Aku melihat banyak buku
Perpustakaan kosong penuh debu
Minat membaca telah hilangyang tertata rapi
Orang-orang sibuk meminjam buku
Dan anak-anak asyik membalikkan halaman buku
Kemudian di dalam hati aku bertanya
Di perpustakaan di negeri mana aku berada?
Malu aku jadi orang Indonesia
Harga buku-buku mahal
Perpustakaan kosong penuh debu
Minat membaca telah hilang
Malu aku jadi orang Indonesia

Lewat puisi di atas kita dapat melihat, beliau amat khawatir terhadap minat baca dan keadaan perpustakaan di Indonesia. Beliau juga khawatir terhadap mahalnya harga buku. Bahkan karena itulah beliau malu menjadi orang Indonesia. Beliau amat merindukan sebuah perpustakaan yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang membaca buku.
Saya menjadi iri melihat negara-negara maju yang banyak memiliki perpustakaan. Ayah saya pernah menceritakan, di Amerika Serikat hampir di setiap kota, di setiap sekolah, universitas, bahkan di setiap rumah terdapat perpustakaan. Bayangkan dengan negeri kita. Jangankan ada pustaka di setiap rumah, buku-buku pun bahkan hanya sedikit yang ada. Itu pun kebanyakan bukan buku ilmu pengetahuan, tapi lebih bersifat hiburan.
Perpustakaan memang harus menjadi perhatian utama pemerintah saat ini. Lihatlah dua bangsa besar yang kokoh dan tangguh yang telah membuktikan bahwa peran pustaka dalam membantu meraih kemajuan bangsa amat besar.
Bangsa-bangsa itu adalah bangsa Mesir dan Irak. Karena perhatian pemerintah mereka yang besar dalam hal perpustakaan, mereka dapat menjadi bangsa yang besar dan maju. Bahkan mereka menjadi kuat dan kokoh serta mampu terhindar dari upaya penjajahan negara lain karena masyarakatnya rajin ke perpustakaan.
Lihatlah bangsa Mesir. Dengan membangun perpustakaan terbesar di dunia saat itu yang bernama pustaka Alexandria, bangsa Mesir dapat menjadi bangsa yang maju. Bahkan mereka dapat pula menanggulangi serangan-serangan dari bangsa Romawi yang berusaha menjajahnya. Pemerintah di sana juga berusaha menjadikan pustaka tersebut sebagai pusat budaya dan ilmu pengetahuan dunia.
Namun, setelah bangsa Romawi tahu jika pustaka menjadi penyebab kuatnya bangsa Mesir, Raja Romawi Julius Cesar segera memerintahkan pasukannya membakar pustaka Alexandria. Pasukan Mesir yang melihat hal itu bukannya menyerang bangsa Romawi itu dan membunuh Julius Cesar, justru mereka berusaha agar pustaka itu tidak habis terbakar. Namun akhirnya bangsa Mesir dapat ditaklukkan oleh bangsa Romawi karena perpustakaan Alexandria habis terbakar. Di sini kita dapat melihat, bangsa Mesir yang mencintai perpustakaan dapat menjadi bangsa yang maju. Bahkan bangsa Mesir lebih menghargai pustaka dengan buku-bukunya daripada kepala Raja Julius Cesar yang menyerang itu.
Selain itu lihat pula pemerintahan Dinasti Abbasiyah di Irak yang berjaya di abad ke-14. Pemerintahan yang berpusat di Baghdad itu memiliki pustaka besar yang memiliki banyak koleksi buku yang tak ternilai harganya. Di pustaka itu tersimpan segala macam buku mengenai pemikiran-pemikiran ilmuwan dunia saat itu. Pustaka di sana amat dilindungi karena menjadi rahasia kemajuan bangsa Irak saat itu. Alhasil, ketika pasukan Mongol berusaha menjajah Irak, mereka selalu gagal akibat mereka tidak tahu apa yang menjadi rahasia kemajuan bangsa Irak.
Tapi, belajar dari pengalaman bangsa Romawi, bangsa Mongol pun membakar pustaka besar di Baghdad. Sejak saat itu Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran dan pasukan Mongol berhasil menguasai Irak.
Pemerintah seharusnya bisa mengambil pelajaran dari sejarah kedua negeri itu untuk memajukan bangsa kita ini. Pemerintah harusnya mengupayakan terbentuknya sebuah perpustakaan besar yang lengkap, nyaman, dan memenuhi keinginan masyarakat. Selain itu pemerintah juga diharapkan membangun perpustakaan hingga ke daerah terpencil sehingga masyarakat di daerah terpencil dapat pula membaca buku. Dengan dipenuhinya kriteria ini, akan banyak masyarakat yang mau membaca buku dan tidak khawatir lagi akan mahalnya harga buku.
Selain masalah mahalnya harga buku dan jarangnya perpustakaan, pembudayaan untuk membaca buku sejak dini pun tidak ada. Kita tidak dibiasakan membaca buku sejak kecil sehingga kita tidak terbiasa membaca buku dan menjadi malas membaca buku.
Lihatlah negara-negara lain. Mereka sejak kecil telah dibiasakan membaca buku dengan memberikan sejumlah buku yang menjadi bacaan wajib. Di Amerika Serikat misalnya, siswa Sekolah Menengah Umum diwajibkan paling sedikit membaca 55 judul buku. Begitu pula di Jepang, Belanda, Perancis dan negara lainnya. Mereka begitu peduli pada kegiatan membaca buku sebab mereka tahu, membaca buku banyak manfaatnya. Mungkin karena itulah mereka menjadi bangsa yang maju. Sedangkan di Indonesia, satupun tidak ada buku yang wajib dibaca oleh siswa sehingga kita tidak pernah berangkat dari ketertinggalan ini.
Bahkan, karena tidak adanya buku yang wajib dibaca ini, sebuah hasil studi dari Vincent Greanary pada tahun 1998 melukiskan, minat baca siswa di Indonesia terletak di urutan paling akhir setelah Filipina, Thailand, dan Singapura. Ini menunjukkan betapa parahnya kemampuan membaca siswa Indonesia.
Pemerintah melalui jalur pendidikan diharapkan membuat aturan wajib membaca buku bagi siswa. Selain melalui jalur pendidikan, siswa juga harus dibiasakan banyak membaca buku agar wawasan dan pengetahuan semakin bertambah. Siswa juga hendaknya dibiasakan banyak berkunjung ke pustaka guna menambah wawasan dan pengetahuan.
Kita perlu belajar dari Buya Hamka dan Bung Hatta yang pintar karena banyak membaca buku. Bung Hatta malah memiliki pustaka pribadi dan mempunyai banyak koleksi buku. Di dalam biografinya, Bung Hatta menceritakan bahwa sejak kecil beliau banyak membaca buku. Beliau juga selalu membeli buku setiap bepergian ke suatu tempat. Bahkan beliau lebih banyak mengeluarkan uang untuk membeli buku dibandingkan untuk hal yang lain. Buya Hamka juga suka membaca buku. Bahkan karena banyak membaca dan belajar dengan buku, walaupun ia tidak pernah sekolah, ia berhasil meraih gelar profesor. Suatu hal yang sangat luar biasa yang jarang terjadi saat ini.
Dari para tokoh itu, seharusnya kita belajar dan berusaha agar kita dapat menjadi tokoh-tokoh yang rajin membaca buku itu untuk memajukan bangsa ini. Dengan adanya kebiasaan membaca buku ini, Indonesia pasti dapat keluar dari berbagai krisis yang mendera seperti krisis ekonomi, krisis sosial, krisis percaya diri, dan berbagai macam krisis lainnya.
Ada beberapa cara agar masyarakat membudayakan membaca buku. Misalnya membiasakan diri minimal satu judul buku terbaca dalam sebulan.
Jika kebiasaan membaca buku itu mulai kita pupuk dari sekarang, ada harapan, cepat atau lambat bangsa Indonesia bergerak ke arah “menjadi” negara yang maju. Mungkin, apabila kebiasaan membaca ini dapat dilanjutkan, pada tahun 2020 nanti, apa yang kita cita-citakan dapat kita raih dengan mudah. Perekonomian tumbuh pesat. Ilmu pengetahuan bertambah maju. Masyarakat baik kaya maupun miskin ramai memadati perpustakaan. Orang-orang mudah mendapatkan buku-buku yang berkualitas. Setiap anak mengisi waktu luangnya dengan membaca buku dan setiap rumah memiliki perpustakaan keluarga.
Dengan demikian, jika bapak Taufiq Ismail bertanya lagi, di perpustakaan di negara manakah ia berada, kita menjawab, “Ya disini, di Indonesia.”
Jadi perlu memupuk kebiasaan membaca. Jika kita banyak membaca buku, kita banyak mendapat informasi. Jika kita banyak mendapat informasi, kita pasti menjadi bangsa yang maju dan menguasai dunia. Kita sebagai anak bangsa harus optimis terhadap hal ini. Kita harus optimis, membaca buku dapat mengantarkan kita pada kemajuan, kejayaan, kebesaran, dan kemakmuran seperti yang dikatakan Ali bin Abi Thalib, “Berbahagialah orang-orang yang disekitarnya dikelilingi buku.”
Pemerintah diharapkan mampu membangun perpustakaan yang memadai agar masyarakat dapat membaca buku tanpa harus membelinya dengan harga mahal. Pemerintah hendaknya memulai langkah ini dari sekarang juga dan mengubah bangsa ini dari bangsa yang malas membaca buku menjadi bangsa yang suka membaca buku jika ingin melihat Indonesia yang cerdas dan sejahtera. Karena itu, memulai rajin berkunjung ke perpustakaan demi memajukan Indonesia tercinta ini, adalah langkah bijak!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar